Wisata


Sekilas Marawi: Kota Islam
Oleh Gael Hilotin, Kontributor | Yahoo! Southeast Asia Newsroom – Kam, 28 Mar 2013


 Masjid COTABATO 
Bila sebagian besar penduduk Filipina membanggakan gereja dan menara lonceng di negara mereka, penduduk Marawi di pulau Mindanao justru terbiasa dengan kubah masjid dan menara. Sebanyak 90 persen penduduk kota ini adalah kaum muslim.

Sayangnya, tidak semua area di kota ini aman bagi wisatawan. Anda disarankan mencari pemandu lokal untuk menikmati tur kota Marawi. Daerah yang relatif aman misalnya Mindanao State University Kampus Marawi.


 

Turis yang pertama kali mengunjungi Marawi sering berakhir di MSU. Jika Anda berencana tinggal semalam di sini, maka Anda bisa tinggal di asrama MSU dengan biaya 250 peso (Rp60 ribu) atau Hotel Resort Marawi. Jika tidak ingin menginap, Anda bisa melakukan tur siang hari karena kota itu mudah dicapai dengan van atau jip dari Iligan.
Ketika di MSU, pastikan untuk mengunjungi lapangan golf untuk menikmati pemandangan indah Danau Lanao tetapi untuk pemandangan terbaik Anda bisa pergi ke Angoyao Hills di Brgy. Sogod. Danau Lanao adalah danau terbesar kedua di Filipina dan termasuk dalam daftar dari beberapa danau kuno yang selamat di seluruh dunia.


 

Anda juga harus mengunjungi sebuah lokasi di dekat lapangan golf MSU. Anda bisa menemukan Aga Khan Museum yang indah. Gedung berwarna putih tersebut menampilkan seni adat Maranao dan bahan budaya, replika miniatur torogan, penanda kuburan muslim, desain okir, dan dadabuan (drum dari ukiran kayu). Masjid hijau King Faisal Mosque juga terletak di dalam kampus.

Saya sudah mengunjungi provinsi ARMM (Autonomous Region of Muslim Mindanao) seperti Basilan, Sulu, dan Tawi-Tawi tapi saya belum pernah melihat tempat di Filipina yang didominasi muslim sampai saya masuk Lanao del Sur.


       

Ketika berkeliling Marawi, hormati budaya Islam, gunakan pakaian tertutup. Penduduk setempat tidak terbiasa dengan fotografer jadi mintalah izin selalu terutama jika Anda mengambil potret orang dan masjid.

Dari stasiun van, ada banyak taksi akan membawa penumpang di pusat kota dan  melewati oleh New Capitol Central Park. Tiang bendera yang menjulang tinggi menyambut setiap pengunjung. Saya melihat beberapa personel militer daerah, dan saya minta izin untuk mengambil foto ibu kota dan masjid emas yang menyilaukan.

  
Masjid lainnya yang juga menakjubkan juga dapat ditemukan di kota Marawi yang dikenal oleh penduduk setempat sebagai Banggolo. Ma'ahad Marawi Mosque dan Islamic Center Mosque mendominasi pusat komersial. Mengunjungi dan berbelanja ke pasar lokal yang disebut Padian di Bangggolo juga harus ditambahkan dalam lokasi yang harus dikunjungi di Marawi. Tempat tersebut penuh dengan tekstil berwarna-warni, Malong, jilbab, dan barang-barang kering.

Desa Dayawan adalah rumah bagi beberapa torogan otentik yang tersisa, sebuah rumah leluhur tradisional kelas atas Maranao. Hal ini ditandai dengan atap curam, hiasan panolongs dan pilar kayu besar. Dayawan Torogan yang tidak terawat pada abad ke-19 dinyatakan sebagai warisan budaya nasional Filipina.


Gael Hilotin juga menulis di The Pinay Solo Backpacker.

Simak juga galeri masjid-masjid terindah di bawah ini.







Ekspedisi Kebudayaan Empat Sungai di Riau.
Ekspedisi Sungai Kampar Lebih Menantang. 

PEKANBARU (RP) Budayawan Riau Al Azhar merasa perlu untuk menjelaskan arti pentingya program Ekspedisi Kebudayaan Empat Sungai yang dimulai sejak 2008 hingga hari ini. Apalagi belakangan ini tersiar isu program tersebut dicoret di Komisi D DPRD Riau, khusus untuk Espedisi Sungai Kampar 2012 nanti.

Meski isu tersebut dikatakan pihak Komisi D tidak benar dan langsung memperlihatkan faktanya kepada Ketua Tim Ekspedisi Kebudayaan Empat Sungai Elmustian R, Kamis lalu, namun tidak ada salahnya untuk memberikan pengertian bahwa program tersebut sangat penting untuk mewujudkan visi Riau 2020. Ditambah lagi, 2010 lalu, program serupa tidak mendapatkan dana sama sekali namun tetap berlanjut dengan segala upaya oleh Elmustian dkk. Lagipula, ekspedisi Sungai Kampar merupakan lanjutan kegiatan setelah menyelesaikan ekspedisi Sungai Rokan dan Siak dengan hasil ensiklopedi serta atlas budaya melayu.
Al Azhar memaparkan, dari pengalaman sebelumnya, seperti Sungai Rokan dan Siak, Ekspedisi Kebudayaan Empat Sungai, Sungai Kampar 2012 mendatang, memiliki tantangan yang relatif beda. Baik lingkungan fisik maupun ingatan dan kenyataan kebudayaan yang teliti. Lingkungan fisik Sungai Rokan misalnya, mengalir deras dibagian hulu untuk kemudian tenang berawa-rawa luas di paruh kedua sampai di muaranya. Beda dengan Sungai Siak yang dari hulu hingga ke muaranya terlihat tenang seperti mengalir lesu di  tengah-tengah keadaan airnya yang tercemar.

‘’Dibandingkan Sungai Rokan dan Siak, lingkungan fisik Sungai Kampar dibagian hulunya nampak belum begitu tercemar, tapi mulai dari separuh panjangnya ke hilir hingga ke muara diperkirakan sudah tercemar juga,’’ ungkap Al Azhar.
Seperti halnya Sungai Rokan, Sungai Kampar banyak anak sungai. Namun berbeda dengan Sungai Rokan yang relatif homogen sedang lingkungan budaya Sungai Kampar sangat bervariatif. Dibagian hulu dan di sekitar Muara Takus ada entitas budaya 13 Koto Kampar. Kemudian entitas budaya 5 Koto Kampar dan di Kampar Kiri ada pula entitas budaya frontier Kampar-Kuantan, entitas budaya bekas Kerajaan Gunung Sahilan, anak-anak sungai yang dihuni entitas budaya Petalangan, terus ke hilir dengan entitas budaya Pesisir bekas Kerajaan Pelalawan.
 

Jelas secara akademis dan teknis, Ekspedisi Kebudayaan Empat Sungai di Sungai Kampar masalahnya akan lebih komplek dan menuntut kepekaan intelektual yang lebih tinggi pula. Lagipula belajar dari pegalaman ekspedisi dua sungai sebelumnya, ekspedisi kebudayan Sungai Kampar tidak hanya akan menjajaki aspek-aspek luaran ekspresi-ekspresi budaya yang ada atau yang diingat. Tapi juga berusaha menggali struktur dalamannya. Pekerjaan intelektual yang dipadukan dengan ketahanan dan resiko fisik ini memang tidaklah seperti yang dibayangkan sebagian orang dan tidak pula bisa dibandingkan dengan kebanyakan kegiatan kebudayaan yang dilaksanakan selama ini.
‘’Dengan ekspedisi empat sungai ini, kita bermaksud menyusun peta permasalahan subtansial kebudayaan Melayu sebagaimana adanya. Menarik persoalan kebudayaan sebagai persoalan mendasar dalam keseharian kita di Riau kini dan nanti. Bukan seperti selama ini, di mana kebudayaan melayu dan persoalannya lebih banyak dipikirkan dan didekati para pejabat dan pilitisi kita dengan kegiatan serta keprihatinan yang palsu. Lebih buruk lagi, kerja-kerja kebudayaan dilihat sebagai peluang korupsi,’’ tuturnya panjang lebar.(fed)




Gunung Djadi merupakan gunung pertama yang ditemukan di Riau yang memiliki pesona dan keindahan alam yang luar biasa. Gunung dengan ketinggian 1.100 meter di atas permukaan laut itu mempunyai potensi wisata alam yang menarik.
Gunung Djadi, gunung pertama yang ditemukan di Riau ternyata memiliki pesona dan keindahan alam yang luar biasa. Gunung dengan ketinggian 1.100 meter di atas permukaan laut itu mempunyai potensi wisata alam yang menarik.


Gunung  Djadi terletak di Kabupaten Kampar, tepatnya Kecamatan Kampar Kiri di kawasan Suaka Marga Satwa Bukit Rimbang Baling. Gunung Djadi mempunyai dua puncak dan terletak lebih dari ketinggian 600Mdl dengan kemiringan 75 derajat.  Untuk sampai ke Puncak Gunung Djadi,kita mesti melewati 10 puncak bukit.
 

Sebelum mencapai puncak Gunung Djadi ditemukan sebuah kubangan yang dugaan sementara merupakan Kubangan Badak, dan selain itu juga ditemukan  cakar harimau dan beruang.
Di Kawasan Gunung Djadi banyak ditemukan jenis burung, dan juga potensi vegetasi alami seperti Pinus, Damar, Meranti, Kruing, Anggrek Tebu, Anggrek Hutan, Kantong Semar, Rotan, Manau dan lainnya.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipXdVetU4ZUrPcB_GEGMfXnK_XVQxcAS8SL78CSNLlx7VZdwFc4tX3uygcULCBB-yFgJJpFS_-MoAfktIIaMvHZAIp9yN3rL2Y_C8lsTND8N897WuBVzL1QedFOwUG3wn49O-pNS2HFQ4/s400/_MG_7592.JPGhttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirnhUSyk9VdnfcbFoXHsLp9WdyGmCtwyIey-Fa7ZjlqFaMus3cgLl7LmYGR7VYhIIxzYXoC3qmk-f4upN7kRY2A4XgbGMg6dRpP_fJYCI4pmyyDkvGBm87VVi9vRbcYs_N2YMZsiAI_LM/s400/_MG_7861.JPG
Di lembah gunung banyak air terjun, sedikitnya ditemukan 7 air terjun dengan ketinggian 3 hingga 30 meter.
Kawasan Gunung Djadi sangat berpotensi untuk dijadikan  wisata Sepeda Gunung, Body Rafting dan juga arung  jeram.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6zQUnMiPLNePZZ90R9aRl40tCvQecdvFu2vfzm3ppNxyA_uYN18NVqHq7EQlM6PhKPUz4G0STE8rWZxAgm5oYmcXXGvTkW_gZEaQbdZEcph4l1xc22xiJi-UupRjzVNKZz5_lpfVNBUY/s400/_MG_7712.JPGhttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi56LHPp09J_J7HhFNqe2mBYlfIKLF5-pycxXqnM82xoirOXsSSV7UCluLoYosE1ZP4IcA5t0gqTpGBFpOn_00aeGDfysfVUcNQ5P3rZU7zYXCHzhfK950edjn0OoUKG2oo-THy6wyBqD0/s400/_MG_7936.JPG

Selain itu, juga ditemukan kubangan yang diperkirakan adalah kubangan badak. "Namun mengenai ini perlu pdilakukan penelitian lebih lanjut. Dan juga ditemukan banyak jenis burung 

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgid9vrYnLUT_VvktetRMj44a99Uoa1-nYCrtNHSsDVD1n6qrJqJeVoWxr0d9UheHkSYddHkdN8ww2uUys03rVP5N50GDgbhwlJWid6sA_vcNE1e7OfCGhusFtSw-LqYa5mbhLLPe8P49I/s400/_MG_7703.jpghttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirTD7_TWu72ZoeOFYGa4ml-Oi1VZ_tmvQ_74mdUAlCKJ9PnzgBPEHsqGDK-bkl0Z97KmTu5GLF5v8HpCUMUcqTTaQyJfIB39qzNL0UOS5bIWRFHU9wDeYzvVl5dr2IR7gaWgNY-M-DDHQ/s400/_MG_7953.JPG

Gunung Djadi ini terletak di Kabupaten Kampar yang disebut dengan "Serambi Mekkahnya" Riau. Tepatnya di Kecamatan Kampar Kiri di kawasan Suaka Marga Satwa Bukit Rimbang Baling. Gunung Djadi sudah tidak aktif lagi. Dan kondisinya memang belum terjamah. Karena masih perawan, akses ke puncak gunung sangat sulit. Dibutuhkan waktu sekitar 5 hari mencapai puncak gunung.


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhjzyvo5nKWJisyD9BwdDlBVspjlxUzrPobsdmF2G5u2aM2U8KBwjS8ttYst2w7pbtHWSpFCxua4x1tb5fD64yGQZJdl9jNxGSOsHpD4mMsDsYZl9K6s4ci3csbaTD2RH_hTEQ1vEFCmPw/s400/_MG_7513.JPG

Dalam Media Ekspose Hasil Tim XPDC 12|12 (XPDC di 2012 bersama Gurindam12) Part 1 "Discovery First Mountain In Riau" (Penemuan Gunung Pertama di Riau) yang akan dilaksanakan pada Jumat, 13 Januari 2012  Koordinator XPDC 12-12, Hisam Setiawan menjelaskan Gunung Djadi mempunyai dua puncak. Selama menuju puncak gunung, tim juga menemukan ada pepohonan Pinus di sekeliling Gunung Djadi. Di lembah gunung banyak air terjun, sedikitnya selama ditemukan 7 air terjun dengan ketinggian 3 hingga 30 meter.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiXhRnomR2H4EwXN480JPejUoIPUalKBa_oFYJM9biZbxh6K_-jriVdV9tEic83qMVlg3s5TrXPGfH_dR5yiYKzMrF-nluIEdKV7e5QVopk12idIpDMZ3kkl5bB72v13lQYuC6qD8jdRJw/s400/_MG_7512.jpg

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqloG5suEPvALrlvzV5Snkw2QifhqjHJN6wNpid-LggrSW5Sr_qenGXfLuGimO-VF_yUIuQM2bXnzsl_M2dIuIB4cQ9EZxBXIjELs1vKQbUXIycLEQmbcW-3Tjagn0EibnHedm_3lIASE/s400/_MG_7816.JPG




KREDIT PHOTO : 
HISAM SETIAWAN - Koordinator XPDC 12-12 Part 1 (Media Ekspose Hasil Tim XPDC 12|12 bersama Gurindam12  Jumat, 13 Januari 2012 "Discovery First Mountain In Riau") / Penemuan Gunung Pertama di Riau.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5qedcehY3cevHWTCKqT7FcZrO3JbheHBLFHebPwzJIclYX5rE4w8gA23xLYcF5V0YvM4whbiXK-YDsOypW-cKQIrHvR-BqE7aL_82JpZ4bPJLFf_AoO8wPMH_if06r7WV2a_dtglX6nc/s400/384775_2551037367504_1000965382_32063300_88729509_n.jpg


Tim perjalanan XPDC 12-12 terdiri dari River Defender, Brimapala Sungkai, Telapak BT Riau, Yayasan Mitra Insani dan Gurindam12 sangat berharap kepada pemerintah dan instansi terkait memberikan perhatian kepada keberadaan gunung ini. Karena selain tidak diketahui keberadaannya, gunung Jadi ternyata memiliki keindahan alam yang bisa dikembangkan untuk kawasan wisata.

2 komentar: